Photobucket

Konsultan Manajemen, Mutu, SDM & Pelatihan


CARI KONTEN YANG DIBUTUHKAN DARI BLOG INI :

PROFILE HARD-HI SMART CONSULTING

Lihat Lebih banyak Produk & Jasa Hard-Hi Smart Consulting

PRODUK & JASA HARD-HI SMART CONSULTING

Lihat Lebih banyak Produk & Jasa Hard-Hi Smart Consulting

HUBUNGI KAMI

HARD-Hi SMART CONSULTING
Griya Citra Kayumanis Blok A No.7, Bogor 16168, INDONESIA.
Hotline Service (Fast Response) : 0878-7063-5053
( Telp / SMS / Whatsapp / BBM
PIN : 53AB4CC8 )

E-MAILS :
m.shobrie@gmail.com
hardhi.smart.consulting@gmail.com

WEBSITES :

www.hardhismart-consulting.blogspot.com
www.kingoftraining.blogspot.com
www.tokosdm.blogspot.com
www.shobries-paradigm.blogspot.com

www.blog-alislam.blogspot.com



VIDEO COMPANY PROFILE

SAMPLE IN-HOUSE TRAINING

PRIBADI MENARIK & MENYENANGKAN

Semua orang ingin disebut menarik, menjadi pusat perhatian, terkenal dan dikagumi banyak orang. Menjadi menarik dan menyenangkan merupakan obsesi kebanyakan orang. Menarik dan menyenangkan mencakup aspek fisik (lahiriah) dan non-fisik (meliputi: emosional, personalitas dan integritas pribadi). Banyak orang yang cantik, tampan, pandai dan kaya namun belum dapat dikategorikan sebagai orang-orang yang menarik dan menyenangkan dikarenakan adanya sesuatu yang kurang dalam diri mereka.

Orang yang menarik dan menyenangkan membuat orang suka padanya dan selalu ingin dekat dan ingin melihatnya serta ingin berinteraksi dengannya. Orang yang memiliki daya tarik dan menyenangkan ibarat memiliki kekayaan yang tak ternilai harganya.

Berbeda dengan kecantikan dan kepintaran yang pada hakekatnya merupakan sesuatu yang diberikan oleh Tuhan (given), menarik dan menyenangkan merupakan sesuatu yang dapat dipelajari dan distimulasikan dalam setiap aktifitas kehidupan kita sehari-hari (daily activity).

Untuk itu ada beberapa Kiat yang perlu diikuti dan dilakukan bila Kita ingin memiliki Kepribadian Yang Menarik dan Menyenangkan.

KIAT-KIATnya adalah sebagai berikut :

1. SOPAN SANTUN (POLITENESS)

Selalu sopan dan baik terhadap orang lain menyebabkan kita menjadi menarik dan menyenangkan bagi orang lain tersebut. Bila bertemu dengan siapapun kita hendaknya “hangat” dan ramah kepadanya. Tegur sapa yang manis dan hangat, seperti : Halo…apa khabar, Selamat Pagi…, Selamat Siang…, dsb harus selalu kita ucapkan lengkap dengan ekspresi wajah dan bahasa tubuh yang tulus yang mencerminkan dan mewakili itu semua. Pada orang yang baru pertama kali kita kenal sebaiknya kita ucapkan : “Saya senang sekali bertemu dengan Anda…, Kapan-kapan kita bincang-bincang lagi…, dsb, dsb.

Orang-orang yang ingin tampil menarik, menyenangkan dan diperhatikan orang adalah orang-orang tidak akan pernah menyakitkan dan melukai hati dan perasaan orang lain. Bila hati orang sudah terluka maka akan sulit sekali untuk dapat sembuh dalam waktu yang singkat malah mungkin sekali sakit hatinya berubah menjadi api dendam yang membara yang sewaktu-waktu dapat meledak bagaikan bom neutron yang dahsyat.

2. KERAMAH-TAMAHAN (HOSPITALITY)

Prinsip “SENTUHLAH HATINYA”, haruslah DIPEGANG dan DIFAHAMI BETUL guna menimbulkan KESAN MENARIK dan MENYENANGKAN pada diri kita.

BEBERAPA HAL yang PERLU DIPRAKTEKKAN sehubungan dengan Sopan Santun dan Keramah-tamahan :

@ Sambutlah Tegur Sapa Orang-orang : “Tiada hal yang senyaman kata-kata sambutan yang diberikan oleh orang lain dengan nada yang tulus dan riang”.

@ Senyumlah Kepada Orang-orang : “Ada 72 otot yang diperlukan untuk mengerutkan dahi, namun hanya dibutuhkan 14 buah otot untuk tersenyum”.

@ Panggillah Orang dengan Menyebut Namanya : “Musik yang paling merdu dan syahdu di telinga siapapun adalah bunyi namanya sendiri…”.

@ Bersikaplah Bersahabat : “Bila anda ingin bersahabat, bersikaplah bersahabat…”


THE VALUES OF SMILE :

@ It costs nothing but create much.
@ It enriches those who receive without impoverishing those who give.
@ It happens in a flash but the memory of it sometimes lasts forever.
@ None are so rich that they can along without it, and none are so poor but are richer for a smile.
@ It create happiness at home, foster goodwill in a business and is the countersign of friends.
@ Yet it can not be bought, begged, borrowed or stolen, for it is something that is no earthly good to anybody till it is given away.
@ And if it ever happens that some people should be too tired to give you a smile, why not leave one of yours ?
@ For nobody needs a smile so much as those who have none left to give.

3. RASA HORMAT (RESPECTFUlL)

Kalau kita memperlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakuakn mungkin akan menimbulkan Ketegangan, sebab orang lain mungkin tidak menyukai cara-cara kita tersebut. Sebaliknya, kalau kita memperlakukan orang lain dengan cara sebagaimana mereka ingin diperlakukan maka hakekatnya kita telah menangkap inti dari fleksibiltas diri kita yang sebenarnya.

Menghormati orang lain, berarti belajar memperlakukan orang lain secara berbeda menurut kadar kebutuhan dan kepercayaan mereka bukannya menurut kadar kebutuhan dan kepercayaan diri kita sendiri. Hal ini bisa mengarah kepada pengertian Moral dan penerimaan diantara individu-individu dan kelompok-kelompok. Hal ini juga menunjukkan INTEGRITAS PRIBADI seseorang.

Rasa hormat kepada orang lain, mungkin lebih mudah dipahami sebagai: “usaha mencari kepentingan umum yang dibagi bersama dan kemudian dikerjakan bersama-sama untuk mencapai hasil yang menang-menang (win-win)”.

4. PENUH PERHATIAN (ATTENTIVE)

Sikap penuh perhatian berarti menyadari “apa saja yang sedang berlangsung di lingkungan kita”. Sikap penuh perhatian berhubungan dengan kemampuan membaca situasi yang tersirat (implicit). Ini bisa dimulai dari sesederhana memperhatikan ketika seseorang merasa bosan dan merasakan bahwa sekarang bukan saatnya untuk menyampaikan gagasan-gagasan kita.

Bersikap penuh perhatian berarti mengosongkan diri dari pemikiran-pemikiran diri kita sendiri secara subyektif (mampu melihat dari kaca mata orang lain) dan membuka wawasan dan pikiran untuk mau melihat segala hal di luar diri kita.

Orang yang penuh perhatian juga tahu kapan ia harus bertindak dan kapan ia tidak boleh bertindak. Orang yang tergolong penuh perhatian akan bermain dalam hal : kecenderungan, pola-pola, variasi dan kesempatan. Orang yang penuh perhatian akan memiliki sikap terbuka baik terhadap informasi yang masuk, gagasan ataupun saran-saran dari orang lain.

This article was written by SHOBRIE HARDHI aimed for “Personality Development”.
The Writer is Ex-Human Resource Manager of Indomobil Group

ADA ILMUNYA UNTUK MENJADI KAYA

THERE IS A SCIENCE OF GETTING RICH

There is a Science of getting rich, and it is an exact science, like algebra or arithmetic. There are certain laws which govern the process of acquiring riches; once these laws are learned and obeyed by any man, he will get rich with mathematical certainty.

Ada ilmu tentang bagaimana menjadi kaya, dan itu adalah ilmu pasti seperti ilmu Aljabar atau Aritmatika. Ada “aturan” tertentu yang mengatur proses pengumpulan kekayaan. Sekali “aturan-aturan” tersebut dipelajari dan dipatuhi oleh siapa saja maka ia akan memperoleh kekayaan dengan sebuah kepastian seperti matematika layaknya.

The ownership of money and property comes as a result of doing things in a certain way; those who do things in this Certain Way, whether on purpose or accidentally, get rich; while those who do not do things in this Certain Way, no matter how hard they work or how able they are, remain poor.

Kepemilikan atas uang dan harta adalah hasil dari “melakukan sesuatu dengan cara tertentu”. Bagi orang-orang yang melakukan sesuatu dengan cara tertentu tersebut, baik dengan tujuan utama menjadi kaya ataupun tidak – maka ia akan kaya. Sementara bagi orang-orang yang tidak melakukannya dengan cara tertentu, tak peduli betapa kerasnya ia bekerja ataupun betapa mampunya ia dalam bekerja – ia tidak akan kaya, alias masih miskin.

It is a natural law that like causes always produce like effects; and, therefore, any man or woman who learns to do things in this certain way will infallibly get rich.

Itu adalah hukum alam, bagaikan “sebab” yang menghasilkan “akibat”. Oleh karena itu setiap orang pria ataupun wanita yang mempelajari untuk “melakukan sesuatu dengan cara tertentu” tersebut maka tidak salah lagi akan menjadi kaya.

That the above statement is true is shown by the following facts:

Getting rich is not a matter of environment, for, if it were, all the people in certain neighborhoods would become wealthy; the people of one city would all be rich, while those of other towns would all be poor; or the inhabitants of one state would roll in wealth, while those of an adjoining state would be in poverty.

Pernyataan di atas adalah benar adanya dan dapat dijelaskan dengan fakta-fakta sebagai berikut :

“Menjadi kaya adalah bukan soal lingkungan, kalau demikian halnya maka orang-orang tertentu yang tinggal di satu kota semuanya dapat menjadi kaya, sementara orang-orang yang tinggal di kota lain dapat menjadi miskin semuanya. Atau seluruh penduduk di satu Negara mendapatkan kemakmuran sementara semua penduduk di Negara lain mendapatkan kemiskinan”.

But everywhere we see rich and poor living side by side, in the same environment, and often engaged in the same vocations. When two men are in the same locality, and in the same business, and one gets rich while the other remains poor, it shows that getting rich is not, primarily, a matter of environment. Some environments may be more favorable than others, but when two men in the same business are in the same neighborhood, and one gets rich while the other fails, it indicates that getting rich is the result of doing things in a Certain Way.

Namun dimana-mana dapat kita lihat bahwa banyak orang kaya dan orang miskin hidup berdampingan dalam satu lingkungan yang sama. Bahkan sering terjadi di bidang pekerjaan yang sama pula. Kalau 2 orang berada di satu lokasi yang sama, di bidang usaha yang sama, tetapi yang satu kaya dan yang satunya lagi masih miskin berarti itu menunjukkan bahwa menjadi kaya bukanlah soal lingkungan. Beberapa lingkungan bisa jadi sangat diinginkan daripada hal-hal lain. Tetapi bila 2 orang yang berada di bidang usaha yang sama dan berada di lingkungan yang sama pula serta yang satu memperoleh kekayaan tetapi yang satunya lagi masih gagal memperoleh kekayaan, hal itu berarti menunjukkan bahwa “Menjadi Kaya” merupakan “Hasil dari berbuat sesuatu dengan cara yang tertentu”.

And further, the ability to do things in this certain way is not due solely to the possession of talent, for many people who have great talent remain poor, while other who have very little talent get rich.

Selanjutnya, kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan cara tertentu ini “bukan semata-mata” disebabkan oleh karena adanya bakat yang dimiliki, banyak sekali orang yang mempunyai bakat hebat tetapi masih saja miskin, sebaliknya ada orang-orang yang hanya memiliki sedikit bakat tetapi kaya.

Studying the people who have got rich, we find that they are an average lot in all respects, having no greater talents and abilities than other men. It is evident that they do not get rich because they possess talents and abilities that other men have not, but because they happen to do things in a Certain Way.

Mempelajari orang-orang yang memiliki kekayaan, kami menemukan bahwa mereka rata-rata adalah orang biasa-biasa saja yang tidak memiliki bakat dan kemampuan yang lebih hebat dibandingkan dengan orang lain. Ini menunjukkan bahwa mereka memperoleh kekayaan bukan karena mereka memiliki bakat dan kemampuan yang tidak dimiliki oleh orang lain, tetapi dikarenakan mereka “Melakukan Sesuatu dengan Cara Tertentu”.

Getting rich is not the result of saving, or "thrift"; many very penurious people are poor, while free spenders often get rich. Nor is getting rich due to doing things which others fail to do; for two men in the same business often do almost exactly the same things, and one gets rich while the other remains poor or becomes bankrupt.

Menjadi kaya bukanlah disebabkan karena hasil dari “menabung” atau “pelit”. Banyak orang yang kikir juga miskin, tetapi orang yang “budiman” malah kaya. Menjadi kaya juga bukanlah dikarenakan ia telah melakukan sesuatu yang orang lain gagal melakukannya. Dua orang dalam bidang usaha yang sama seringkali melakukan sesuatu yang hampir sama persis, tetapi yang satu memperoleh kekayaan sedangkan yang lainnya masih saja miskin atau bahkan menjadi bangkrut.

From all these things, we must come to the conclusion that getting rich is the result of doing things in a Certain Way.

Dari beberapa hal tersebut di atas, Kita harus menyimpulkan bahwa “Menjadi Kaya” adalah “Hasil dari melakukan sesuatu dengan Cara Tertentu”.

If getting rich is the result of doing things in a Certain Way, and if like causes always produce like effects, then any man or woman who can do things in that way can become rich, and the whole matter is brought within the domain of exact science.

Bila “Menjadi Kaya” adalah merupakan “Hasil dari Melakukan sesuatu dengan Cara Tertentu” seperti suatu “Sebab” yang menghasilkan “Akibat”, lalu kemudian orang-orang yang melakukan seperti itu dapat “Menjadi Kaya” maka selanjutnya kita dibawa kepada Lingkup Kewenangan “Ilmu Pasti”.

The question arises here, whether this Certain Way may not be so difficult that only a few may follow it. This cannot be true, as we have seen, so far as natural ability is concerned. Talented people get rich, and blockheads get rich; intellectually brilliant people get rich, and very stupid people get rich; physically strong people get rich, and weak and sickly people get rich.

Sampai di sini timbul pertanyaan, apakah “Cara Tertentu” ini tidak terlalu sulit untuk diikuti sehingga hanya sedikit orang saja yang dapat berhasil mengikutinya. Jawabannya adalah “tidak benar”, karena sebagaimana telah kita saksikan sejauh ini bahwa “kemampuan alami” terkait dengan hal ini. Kita lihat, orang-orang berbakat jadi kaya, orang-orang bodoh bisa kaya, orang-orang yang sangat pintar juga kaya, orang-orang yang kuat secara fisik juga kaya, serta orang-orang lemah dan penyakitan juga bisa kaya.

Some degree of ability to think and understand is, of course, essential; but in so far natural ability is concerned, any man or woman who has sense enough to read and understand these words can certainly get rich.

Tingkat kemampuan untuk memikirkan dan memahami tentu merupakan hal yang sangat mendasar dan penting, namun sejauh ini “kemampuan alami” sangat terkait dengan hal ini. Setiap orang, baik pria maupun wanita yang mempunyai cukup kepekaan untuk membaca dan mengerti kata-kata tersebut tentu saja dapat menjadi kaya.

Also, we have seen that it is not a matter of environment. Location counts for something; one would not go to the heart of the Sahara and expect to do successful business.

Kita telah saksikan juga bahwa hal itu bukanlah sekedar masalah lingkungan. Lokasi sangat memperhitungkan sesuatu hal. Orang tak akan pergi ke tengah-tengah gurun Sahara dan mengharapkan usaha yang sukses di sana.

Getting rich involves the necessity of dealing with men, and of being where there are people to deal with; and if these people are inclined to deal in the way you want to deal, so much the better. But that is about as far as environment goes. If anybody else in your town can get rich, so can you; and if anybody else in your state can get rich, so can you.

“Menjadi Kaya” melibatkan pentingnya berhubungan dengan orang-orang serta lokasi/tempat dimana bisa berhubungan dengan mereka. Jika orang-orang ini cenderung mau berhubungan dengan cara yang anda lakukan maka akan sangat menguntungkan sekali. Jika orang lain di kota anda dapat menjadi kaya maka anda juga bias. Jika orang-orang di Negara anda bisa menjadi kaya maka anda juga bisa.

Again, it is not a matter of choosing some particular business or profession. People get rich in every business, and in every profession; while their next door neighbors in the same vocation remain in poverty.

Dipertegas lagi, Bukanlah masalah dalam memilih usaha atau profesi tertentu. Orang dapat menjadi kaya di bisnis apapun dan dalam bidang profesi apapun sementara orang-orang yang dekat lainnya masih miskin.

It is true that you will do best in a business which you like, and which is congenial to you; and if you have certain talents which are well developed, you will do best in a business which calls for the exercise of those talents.

Benar sekali bahwa anda akan berusaha keras di bidang bisnis yang anda senangi, menyenangkan serta cocok dengan diri anda. Bila anda punya bakat tertentu yang dikembangkan dengan sangat baik maka anda akan melakukan yang terbaik dalam bidang tersebut yang akan mengasah bakat anda tersebut juga.

Also, you will do best in a business which is suited to your locality; an ice-cream parlor would do better in a warm climate than in Greenland, and a salmon fishery will succeed better in the Northwest than in Florida, where there are no salmon.

Begitu juga, anda akan berbuat yang terbaik bila bisnis anda berada pada tempat/lingkungan yang cocok dengan anda. Kedai es krim akan sangat cocok berada di daerah yang beriklim hangat/tropis daripada di Greenland/kutub. Nelayan ikan salmon akan lebih sukses di barat laut daripada di Florida yang tidak ada ikan salmonnya.

But, aside from these general limitations, getting rich is not dependent upon your

engaging in some particular business, but upon your learning to do things in a Certain Way. If you are now in business, and anybody else in your locality is getting rich in the same business, while you are not getting rich, it is because you are not doing things in the same Way that the other person is doing them.

Namun disamping batasan-batasan secara umum tersebut, “Menjadi Kaya” tidaklah tergantung dari bidang bisnis apa anda berkecimpung, tetapi lebih bergantung kepada “Proses belajar anda untuk melakukan sesuatu dengan cara tertentu”. Jika sekarang anda melakukan bisnis dan orang lain di daerah anda juga melakukan bisnis yang sama dengan anda, tetapi anda “tidak menjadi kaya” sementara “mereka kaya”, hal ini disebabkan karena anda tidak melakukan bisnis tersebut dengan cara yang sama seperti cara yang mereka melakukan di bisnis tersebut.

No one is prevented from getting rich by lack of capital. True, as you get capital the increase becomes more easy and rapid; but one who has capital is already rich, and does not need to consider how to become so. No matter how poor you ay be, if you begin to do things in the Certain Way you will begin to get rich; and you will begin to have capital. The getting of capital is a part of the process of getting rich; and it is a part of the result which invariably follows the doing of things in the Certain Way.

Tak ada orang yang ter-cegah “menjadi kaya” oleh karena “kurangnya modal”. Memang betul, jika anda punya banyak modal maka akan lebih mudah dan lebih cepat berhasil, namun “ingat !” orang yang “sudah memiliki banyak modal” adalah “orang yang sudah kaya”, serta mereka yang sudah kaya tidak lagi memikirkan “bagaimana bisa menjadi kaya”. Tak peduli semiskin apa anda saat ini jika anda melakukan “sesuatu dengan cara tertentu” tersebut maka anda akan “mulai menjadi kaya” dan anda akan “mulai memperoleh modal”. Mendapatkan modal adalah bagian dari “Proses Menjadi Kaya”. Dan hal itu merupakan bagian dari “Hasil yang tidak berbeda” dalam mematuhi aturan “Sesuatu dengan Cara Tertentu” tersebut.

You may be the poorest man on the continent, and be deeply in debt; you may have neither friends, influence, nor resources; but if you begin to do things in this way, you must infallibly begin to get rich, for like causes must produce like effects. If you have no capital, you can get capital; if you are in the wrong business, you can get into the right business; if you are in the wrong location, you can go to the right location; and you can do so by beginning in your present business and in your present location to do things in the Certain Way which causes success.

Anda mungkin saja orang yang paling miskin di dunia, banyak hutang, tak punya banyak teman, tak punya pengaruh atau sumber daya apapun…tetapi bila anda mulai “melakukan sesuatu dengan cara yang tertentu” ini maka anda “tidak salah lagi” akan “Menjadi Kaya”, sebagaimana “Sebab” yang menimbulkan “Akibat”. Bila anda tak punya modal, maka anda akan mendapatkan modal. Bila anda berada dalam bisnis yang salah maka anda akan dapat berjalan ke lokasi/tempat yang benar. Anda dapat melakukan hal-hal tersebut dengan “memulai” di bisnis anda saat ini dan di lokasi/tempat anda saat ini dengan cara : “Melakukan Sesuatu dengan Cara Tertentu” yang akan menyebabkan SUKSES ANDA.

Sumber : Buku “The Science of Getting Rich”
Karya : Wallace D. Wattle

PELATIHAN & PENGEMBANGAN KARYAWAN

Sebagaimana kita sadari ataupun tidak pada era globalisasi dan pasar bebas sekarang ini Persaingan di segala bidang telah memasuki semua sektor usaha dan bisnis yang ada di seluruh dunia. Dengan keadaan seperti ini sangat dituntut adanya Kejelian dari para pengusaha dan industriawan untuk menyikapi dampak-dampak negatif yang timbul agar mampu keluar sebagai pemenang dari persaingan yang makin kompleks dan kompetitif dewasa ini.

Untuk memenangkan persaingan ini sangat diperlukan adanya usaha-usaha ke arah Human Resource Continuous Improvement (HRCI) di bidang usaha masing-masing. HRCI ini harus dilakukan dengan cara meningkatkan kemampuan SDM perusahaan melalui Pelatihan dan Pengembangan karyawan. Tujuannya adalah agar para karyawan perusahaan mampu dan mau mengikuti perkembangan teknologi, teknik-teknik modern dan iklim usaha serta mampu memenuhi keinginan dan kebutuhan pelanggan/pembeli produk ataupun jasa perusahaan kita.

Pelatihan dan Pengembangan diadakan dalam rangka mengantisipasi kesulitan dan problem yang mungkin timbul di saat sekarang maupun di masa yang akan datang.

Hal ini berarti bahwa pelatihan dan pengembangan tidak hanya untuk sekedar memberikan pengetahuan baru kepada para karyawan dalam menjalankan tugas-tugas pekerjaannya, melainkan juga bertujuan untuk merubah paradigma lama yang keliru serta aspek-aspek psikologis seseorang melalui perubahan sikap dan perilaku dalam bekerja.

Dengan demikian tujuan pelatihan yang benar adalah membantu para karyawan meningkatkan Pengetahuan (knowledge) dan Keterampilan (skill) serta merubah Sikap dan Perilaku (attitude) dalam bekerja sehingga mereka siap dam mampu melaksanakan tugas-tugas pekerjaannya secara efisien dan efektif di dalam perusahaan.

SOFT SKILL : "KESERBA-BISAAN"

Keserba-bisaan seperti halnya kelenturan dapat terus dikembangkan. Orang yang serba bisa cenderung mendekati berbagai situasi sebagai suatu kesempatan baru untuk belajar dan meningkatkan diri secara terus menerus. Setiap orang bisa memilih apakah akan menjadi serba bisa atau tidak melalui 5 ciri khas yang utama.

Ciri-ciri khas Utama Keserba-bisaan adalah sebagai berikut :

1. KEULETAN (ADVERSITY)

Keuletan berarti mengatasi keadaan walaupun ada kemunduran, hambatan-hambatan atau sumber daya yang terbatas. Keuletan merupakan ukuran ketangguhan dan kegigihan. Keuletan juga berhubungan dengan kekuatan emosional dan kekuatan mental. Keuletan melibatkan perilaku yang akan menuju sukses akhir melalui upaya-upaya yang gigih dan pantang menyerah (never give-up).

Sejarah penuh dengan contoh pribadi-priadi yang “Pantang Menyerah” yang beberapa diantara mereka lebih positif dan memiliki keyakinan diri yang tinggi seperti diantaranya : Jenderal Sudirman, Cut Nyak Dien, Soekarno, Albert Einstein, Thomas Alfa Edison, Mozart, Bethoven, dan masih banyak lagi yang lainnya.

2. WAWASAN (SENSE OF FUTURE)

Wawasan merupakan kemampuan Penginderaan Jauh ke Depan (a whole new sense of future). Seseorang yang mempunyai wawasan bisa melihat hasil yang diinginkan untuk masa mendatang serta bagaimana cara mencapainya. Wawasan memberikan fokus umum untuk membangkitkan energi orang ke arah maksud dan tujuan yang ingin dicapai serta strategi tindakan untuk sampai ke sana.

Dengan laju kecepatan, sifat dan arah perubahan di zaman sekarang ini tanpa adanya wawasan untuk membayangkan kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi di masa yang akan datang, seseorang bisa terjebak dalam hal-hal sepele yang tanpa tujuan yang fokus mengenai kegiatan yang harus terus dimiliki dan dijalankan.

Wawasan dapat merupakan berbagai dimensi seperti mulai dari : mencari uang lebih banyak, mengakhiri sebuah masalah, meningkatkan situasi, menciptakan inovasi, atau sampai kepada mendapatkan lebih banyak hal-hal yang menyenangkan.

Kemampuan berwawasan bisa dikembangkan dengan membayangkan 5-10 tahun ke depan dan membayangkan bagaimana Diri Kita dan Perusahaan Kita saat itu. Dengan demikian kita bisa mengestimasi dan memperkirakan kesenjangan-kesenjangan apa saja yang ada saat ini untuk ditutup dan dieliminasi, sehingga kita bisa menyusun rencana sehubungan dengan ekstrapolasi tersebut.

3. PENUH PERHATIAN (ATTENTIVE)

Sikap penuh perhatian berarti menyadari “apa saja yang sedang berlangsung di lingkungan kita”. Sikap penuh perhatian berhubungan dengan kemampuan membaca situasi yang tersirat (implicit). Ini bisa dari sesederhana memperhatikan ketika seseorang merasa bosan dan merasakan bahwa sekarang bukan saatnya untuk menyampaikan gagasan-gagasan kita.

Bersikap penuh perhatian berarti mengosongkan diri dari pemikiran-pemikiran diri kita sendiri secara subyektif (mampu melihat dari kaca mata orang lain) dan membuka wawasan dan pikiran untuk mau melihat segala hal di luar diri kita.

Orang yang penuh perhatian juga tahu kapan ia harus bertindak dan kapan ia tidak boleh bertindak. Orang yang tergolong penuh perhatian akan bermain dalam hal : kecenderungan, pola-pola, variasi dan kesempatan. Orang yang penuh perhatian akan memiliki sikap terbuka baik terhadap informasi yang masuk, gagasan ataupun saran-saran dari orang lain.

4. KECAKAPAN (PROFESSIONAL SKILL)

Kecakapan adalah kemampuan dan keahlian spesifik pada bidang-bidang tertentu yang telah dipilih seseorang. Kecakapan tidak cukup hanya “mampu mengerjakan” tetapi juga memiliki kemampuan “memecahkan masalah” (trouble shooting) di bidangnya tersebut. Hal ini memungkinkan Anda untuk dengan cepat dan cekatan mengembangkan dan memperagakan pengetahuan kerja yang baru dan berbeda dalam kaitannya dengan persoalan, orang-orang dan situasi kerja.

Memperlihatkan KECAKAPAN melibatakan keharusan dalam hal : mengetahui apa-apa yang Anda kerjakan dan lakukan, bagaimana cara melaksanakannya, bagaimana cara menyelesaikan masalah yang terjadi di dalamnya, serta mengkomunikasikan dan mensosialisasikannya secara efisien dan efektif dengan orang-orang di dalam lingkup kerja yang lebih kecil ataupun skup perusahaan.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan atas para pencetak prestasi yang tinggi, dikatakan bahwa kecakapan pribadi (self-capability) memiliki kontribusi yang sangat berarti dalam mencapai kecakapan kerja (work-capability). Orang-orang yang memiliki kecakapan pribadi tinggi akan menetapkan tujuan dan sasaran pribadi yang realistis, mengantisipasi hambatan yang akan mempengaruhi kemajuan dan mengambil tindakan yang bisa memberikan sumbangan secara terus menerus kepada keberhasilan dan kesuksesan. Secara berkala, mereka juga akan melakukan kontemplasi (perenungan diri) tentang apa-apa yang sudah diperbuat dan hasil-hasil apa yang telah dicapai selama ini.

5. INTROSPEKSI (INTROSPECTION)

Introspeksi adalah kemampuan untuk memprakarsai perubahan, mengevaluasi diri dan membuat koreksi diri yang berlangsung terus menerus tanpa henti. Seorang ahli psikologi terkenal yang bernama David McClelland menamakan kemampuan ini sebagai LOCUS OF CONTROL INTERNAL.

Orang-orang yang memiliki Locus of Control Internal yang tinggi apabila menemukan kegagalan dalam segala hal maka yang pertama-tama ia akan melihat dulu jauh ke dalam dirinya yang menjadi penyebab kegagalan tersebut bukan malah menyalahkan faktor dari luar dirinya (mis: manajemen, atasan, bawahan, perusahaan, system kerja, dsb). Ia berusaha keras untuk mencari Umpan Balik sebagai Hadiah Cuma-Cuma untuk memecahkan masalah kegagalan yang dihadapinya. Mereka terdorong untuk menjadi Pribadi yang lebih baik dan bukannya menjadi Pribadi yang paling benar. Orang-orang seperti ini akan tahu dan sadar bila mereka memperlihatkan pola perilaku dan sikap yang tidak produktif.

Koreksi diri berfokus pada dorongan untuk mendapatkan kualitas pribadi yang unggul, koperatif dan kolaboratif bukan malah menjadikan pribadi yang pasif, massive atau eksklusif. Umumnya, orang menganggap tidak perlu adanya perubahan atau memikirkan perubahan bila dirasakan tidak adanya kesalahan (no fault) atau bila sesuatu itu berjalan dengan baik (running well). Hanya kalau sesuatu yang masih baru, tidak lengkap atau tidak sempurna mereka baru melihat kesempatan untuk membuat koreksi. Padahal ada ataupun tidak adanya hal tersebut, Peningkatan (improvement) harus terus menerus dijalankan, karena kepastian PERUBAHAN ke arah yang lebih baik TERUS MENERUS BERLANGSUNG di dunia ini apapun alasannya.

Salah satu teknik yang paling sederhana untuk melakukan introspeksi atau koreksi diri adalah dengan menyediakan waktu + 5 menit setiap harinya untuk melakukan peninjauan harian dan mencatatnya dalam Jurnal Pribadi mengenai kemajuan-kemajuan yang telah dicapai serta tindakan-tindakan apa saja yang harus dilakukan selanjutnya untuk memelihara dan meningkatkan kemajuan tersebut.

WINDOWS LIVE (TERBARU)

Microsoft menawarkan satu portal untuk mengakses semua "Situs Jejaring Sosial"

“Microsoft meluncurkan Windows Live generasi terbaru untuk mengintegrasikan layanan online. Pada layanan terbaru ini, orang dapat memaksimalkan dan menata komunikasi internet mereka, baik dengan PC maupun Ponsel, dari satu situs web saja”, ujar Craig Law Smith, Marketing Director Microsoft Online Service Group, Southeast Asia, ketika meluncurkan layanan ini di Jakarta.

Windows Live terbaru, kata Craig, meningkatkan kemampuan photo sharing, e-mail, instant messaging, dan penggunaan internet lainnya sehingga interaksi sosial secara online menjadi lebih hidup. Perusahaan ini menyediakan perangkat lunak yang dapat di download secara gratis di http://www.yourworldonlive.com. Situs ini tersedia dalam 48 bahasa, termasuk Bahasa Indonesia.

Menurut Brata Rafly, Microsoft memang ingin penetrasi ke daerah-daerah dengan layanan Bahasa Indonesia pada produk barunya. “Windows Live ini ibarat satu paspor agar kita bisa membuka semua web dan situs jejaring social”, kata Barata, yang menjabat Country Manager Microsoft untuk Indonesia. Pengguna Windows Live yang terdaftar, ujarnya, mendapat Storage gratis sebanyak 25 Gigabytes untuk menyimpan teks, foto, gambar dan lainnya.

Untuk memudahkan jutaan pengguna Internet berinteraksi, Microsoft berkolaborasi dengan Flickr, Facebook, Friendster, LinkedIn Corp., Pandora Media Inc., Photobucket Inc., Twitter, WordPress dan Yelp Inc. Aktivitas dari web atau situs tersebut terintegrasi pada Windows Live melalui profil baru dan What’s New. Ketika pengguna Windows Live berbagi foto, memperbaharui profil, blog, dan menulis ulasan, aktivitas ini secara otomotis akan terpublikasi ke jaringan Windows Live.

Sejumlah layanan Windows Live sebenarnya telah dilakukan pesaingnya. Misalnya, yang ada dalam My Google dan My Yahoo. “Yang beda, Windows Live menggabungkan layanan-layanan dari pesaing Microsoft”, kata Nukman Luthfie, CEO Virtual Consulting, yang hadir dalam peluncuran Windows Live. Produk anyar Microsoft ini tampaknya cocok buat orang yang super sibuk.

PRESENTASI BISA DILAKUKAN DENGAN PROYEKTOR DARI UJUNG PONSEL "LOGIC BOLT"

Bayangkan jika Anda membawa TV layar lebar di saku celana Anda. Tentu mustahil bukan ? Namun Logic Wireless meyakinkan kita bahwa hal itu mungkin, dengan perkakas yang disebut Logic Bolt. Logic Bolt ini merupakan ponsel yang memiliki kemampuan sebagai proyektor. Selain sebagai alat komunikasi, gadget ini dapat dioperasikan sebagai proyektor pada saat kita melakukan presentasi atau menonton video ataupun TV.

Logic Bolt dipamerkan pada ajang Consumer Electronics Show 2009 di Las Vegas. Logic Wireless yang bermarkas di Tucson, Arizona, Amerika Serikat, mengklaim bahwa ponsel proyektor buatannya merupakan pertama kali di dunia yang dipasarkan. Mereka menggandeng Anna Deng dan Miran Maric, perusahaan dari Shenzhen, China, untuk memproduksinya. Sebelumnya ponsel proyektor ini bernama Sheng Tai Cking.

Ponsel seharga US$ 600.- ini didukung jaringan GSM Quadband. Proyektornya dapat memantulkan gambar pada layar 30 inci guna melakukan presentasi sederhana atau video sharing. Dengan baterai tunggal, kita dapat menggunakan proyektor hingga 2 jam secara terus menerus.

Selama ini, ponsel lain yang telah ada hanya menyediakan informasi yang menakjubkan, akan tetapi tampilannya pada layar berukuran kecil. Logic Bolt generasi baru mampu memperbesar layar hingga 3000% atau lebih melalui proyektor yang ada di dalamnya. Informasi atau gambar yang cerah kemudian dipancarkan ke dinding atau layar. Jika dioperasikan, ponsel ini seperti proyektor pada umumnya yang banyak dilihat orang selama ini.

Logic Bolt kompatibel dengan operator GSM seperti T-Mobile dan AT&T. Ke depannya, perusahaan ini akan memperluas jaringan operator GSM-nya dan dapat dioperasikannya dengan CDMA. Sederet Feature dimiliki oleh ponsel ini, antara lain citra proyektor untuk layar 36 inci hingga 64 inci, Touch Screen, Bluetooth, GPS, Internet, aplikasi PowerPoint, Excell dan Word, serta dapat terhubung dengan Laptop, USB, TV, Xbox, dan Wi-Fi.

KAPAL YANG BERNAMA "PERUSAHAAN" & NAKHODA YANG BERNAMA "TOP MANAGEMENT"

Dunia usaha selalu saja memberi “ujian” setiap hari bahkan setiap waktu kepada Top Management perusahaan. Penyelenggaraan ujian ini akan terus berlangsung. Soal-soal ujian yang harus dipecahkan adalah : suasana kerja yang tidak kondusif, motivasi kerja yang menurun, isyu-isyu menyesatkan yang justru dianggap benar oleh karyawan, serta penentuan skala prioritas mana yang hendak didahulukan. Sekarang tinggal bagaimana Top Management tersebut menjawab soal-soal ujiannya. Sebagian besar dari mereka berhasil menyelesaikannya dengan baik dan benar, namun sebagian lagi mereka justru gagal sebelum memulainya.


Dalam menjawab persoalan ini, top management harus lebih banyak berperan aktif dalam mendorong kepuasan, motivasi serta semangat kerja para karyawannya. Tugas ini tidak cukup hanya diembankan kepada Departemen / Divisi HRD saja (biasanya ke atas pundak HRD Manager / Training Manager). Akan tetapi di sisi lain, top management sebagai pengambil keputusan puncak yang amat significant justru mempunyai kepentingan yang sangat besar dalam melihat masalah ini dengan lebih komprehensif dan jernih.


Di semua organisasi usaha / bisnis sepatutnya terdapat kesepakatan yang tidak tertulis yang wajib dipahami pihak manajemen dan para karyawannya bahwa : “Pekerja harus dinilai sebagai Subyek bukannya Obyek (apalagi Obyek Penderitaobyek yang selalu menderita)”. Para karyawan seharusnya lebih diperlakukan sebagai Partner & Kolega (apalagi sebagai Asset) dalam mencapai semua tujuan perusahaan secara bersama-sama. Para Karyawan bukanlah alat ataupun sarana dari Pemilik Modal untuk mencapai Tujuan Pribadi Pengusaha semata-mata, tetapi lebih kepada Tujuan Bersama (togetherness goal), dengan demikian akan terjadi apa yang disebut sebagai “Simbiosis Mutualisme” (=suatu kerjasama yang saling menguntungkan). Kita semua sepakat bahwa peran pemilik modal sangatlah penting. Tanpa pengusaha tidak akan ada yang namanya karyawan. Satu orang pengusaha dapat merekrut ratusan bahkan ribuan karyawan, tetapi sebaliknya ribuan karyawan tersebut belum tentu melahirkan satu orang pengusaha sekalipun. Sebenarnya menjadi seorang pengusaha adalah Anugerah dari Tuhan dan merupakan Kepercayaan (Trust) yang diberikan Tuhan untuk menggantungkan nasib para karyawannya kepada Sang Pengusaha tersebut sebagai suatu amanat yang harus diemban dan dilaksanakan dengan baik dan direstui Tuhannya.


Pada hakekatnya para karyawan, manager dan top management merupakan “bagian penting yang permanen” (= significantly permanent parties) di dalam suatu perusahaan. Disebut permanen karena keberadaan mereka yang selalu eksis dalam satu “kapal” yang sama, yang notabene harus mempunyai tujuan yang sama pula. Baik karyawan, manager maupun top management masing-masing mempunyai andil dalam membuat kapal tersebut karam / tenggelam”. Kondisi kapal sangat berdampak bagi kelangsungan hidup ketiganya. Namun yang perlu diingat, tidak semua penumpangnya mempunyai kemampuan renang yang sama. Yang kemampuan renangnya minim akan ikut tenggelam bersama kapal, tetapi yang keahlian renangnya tinggi akan selamat bahkan mungkin akan mampu menemukan kapal baru yang lebih besar, megah dan nyaman di tengah laut guna melanjutkan perjalanan.


Oleh karena itu, ketiganya (karyawan, manager dan top management) haruslah dapat bekerjasama dengan baik dan terpadu melalui keahliannya masing-masing tanpa adanya campur tangan yang terlalu intens (deeply-intervention) dari masing-masing pihak dalam melaksanakan keahliannya. Karena dengan adanya campur tangan yang terlalu “intens” melebihi kompetensi areanya tersebut akan menyulitkan masing-masing pihak untuk melaksanakan dan mengembangkan keahliannya masing-masing.


Namun paradoksal dengan campur tangan tadi, di sisi lain top management perlu menumbuhkan iklim yang kondusif bagi tiap-tiap penumpang kapal itu untuk mau dan mampu memberikan pendapat (opinions) serta saran/gagasan (ideas) yang konstruktif untuk mengantisipasi “kekaburan pandangan ke depan” (=Unclearly Vision) dari Nakhoda (bacanya: top management) kapal tersebut. Iklim yang kondusif tadi diperlukan guna mendorong “keaneka-ragaman” pandangan yang bertujuan mencari solusi terbaik demi pencapaian tujuan akhir perjalanan kapal tersebut dengan lebih cepat dan efisien. Atribut “keaneka-ragaman” ini jangan malah di-indikasikan sebagai ancaman dari dalam (internal threat) tetapi sebaliknya dan sebaiknya harus dianggap sebagai kesempatan dari dalam (internal opportunity) guna mengangkat ke permukaan hal-hal yang bersifat positif demi menjaga dan meningkatkan solidaritas dalam menempuh perjalanan panjang “pelayaran” secara bersama-sama.


Bila saja kita mau melakukan benchmarking(=studi banding) dengan melihat organisasi-organisasi bisnis kelas dunia dari mancanegara, maka perhatikan dan amatilah Perusahaan-perusahaan Jepang, dimana mulai dari proses perekrutan SDM-nya sampai kepada pemberian kompensasinya selalu didasarkan pada konsep : “Karyawan atau Pekerja adalah “Mesin Kapal” yang harus dijaga dan dipelihara dengan sebaik-baiknya”. Dengan menerapkan konsep pemikiran yang demikian itu Perusahaan-perusahaan Jepang tersebut mampu menumbuhkan loyalitas, semangat dan motivasi kerja karyawannya pada batas-batas yang sangat optimum. Dengan bekal loyalitas, semangat dan motivasi kerja karyawan yang sedemikian rupa itu maka tidak ada sedikitpun rasa ragu di dalam perusahaan-perusahaan Jepang tersebut untuk bersaing di dunia bisnis internasional yang setiap saat selalu berubah drastis, semakin kompetitif dan semakin kompleks. Karena dengan loyalitas, semangat dan motivasi kerja yang tinggi tersebut akan menumbuhkan kapabilitas yang tinggi pula.


Tidak soal apakah perusahaan kita sekarang ini masih tergolong relatif kecil, muda atau bahkan masih dinilai sangat konvensional, tetapi dengan loyalitas, semangat dan motivasi kerja karyawan yang pasti akan menumbuhkan kapabilitas maka slowly but sure kita akan mampu bersaing dengan siapa saja, kapan saja dan dimana saja…Niscaya !!!